• Tim Komunitas Internet Sahabat Anak

    Gambar ini diambil selepas rapat perdana Komunitas Internet Sahabat Anak yang diselenggarakan di Ruang Smart Space, Perpustakaan Kota Depok

  • Komunitas Internet Sahabat Anak Gelar Workshop Parental Control

    Ketua Relawan TIK Nasional, Indriyatno Banyumurti saat mengisi Workshop “Parental Control dan Tips Memblokir Konten Negatif” yang diadakan Komunitas Internet Sahabat Anak (KISA), Sabtu (19/3/2016)

  • Kampanyekan Internet Sehat, KISA Hadir di SMP 1 Depok

    Manager Event KISA, Tania Caesari Takalissa, saat mensosialisasikan tentang pemanfaatan internet sehat kepada pelajar di SMPN 1 Depok, Senin (14/3/2016)

Selasa, 23 Agustus 2016

Sudah Amankah Akun Medsos Kita


Pernahkah anda menemukan akun facebook anda tiba-tiba memunculkan gambar atau status yang tidak pernah anda posting sebelumnya atau bahkan anda pernah tidak bisa login ke akun email anda sendiri. Padahal alamat email dan password yang anda masukkan sudah benar.

Jika anda menemukan kondisi tersebut, maka kemungkinan besar akun anda telah diretas. Ketika hal tersebut sudah terjadi, kalimat yang paling sering muncul dari si pengguna akun adalah “Lho, memang bisa ya akun saya diretas semudah itu?” atau bisa juga "Ah, saya mah kan orang biasa, masa sih ada yang kerajinan nge-hack akun Medsos saya?".

Jawaban kedua pertanyaan tersebut: Ya, bisa banget! Para hacker terkadang tidak hanya meretas akun-akun yang memang sudah memiliki “nama” di media sosial, tetapi dia juga mengincar akun-akun lain yang dapat digunakan untuk kepentingannya.

Adapun untuk menghindari akun kita agar tidak mudah diretas adalah dengan memilih atau menggunakan password yang tepat. Hal ini sangat penting, sebab menyangkut keamanan informasi diri kita sebagai penghuni dunia maya. Banyak cyber criminal di luar sana yang melakukan hacking  dan cracking akun media sosial atau email netizen sebagai sarana latihan untuk meretas sistem yang lebih besar.

Dilansir dari situs www.eci.com, di bawah ini adalah daftar password yang paling sering digunakan dan mudah ditebak. Pastikan anda tidak menggunakan satu pun dari daftar di bawah ini, ya! 

Sebelum menentukan password akun kita, maka ada baiknya kita uji dulu tingkat keamanan password yang kita pilih. Untuk itu, kita bisa menggunakan beberapa online tools seperti di bawah ini:


How Secure Is My Password (HSIMP) 




Dengan tampilan yang cukup sederhana namun atraktif, tool yang satu ini cukup menyenangkan untuk digunakan. Warna latar belakang laman situs ini akan berubah sesuai dengan tingkat keamanan password yang kita ketik di text box.

Jika password yang kita ketikkan tidak aman, maka laman tersebut akan berwarna merah lalu berganti hijau jika password tersebut aman. HSIMP bahkan membuat analogi yang mudah dipahami dengan menambahkan keterangan jumlah waktu yang dibutuhkan oleh seorang hacker untuk meretas akun dengan password tersebut. Menarik, bukan?


Secure Password Checker by Kaspersky


Sebagai salah satu produsen anti virus dan security apps, maka tak heran jika Kaspersky membuat tool yang sangat berguna ini. Kita cukup memasukkan password yang akan digunakan, kemudian sistem akan memeriksanya secara otomatis. Jika password tersebut tidak aman, maka coloured indicator bar yang ada di bawah text box akan berwarna merah

Sebaliknya, jika dinyatakan aman, maka bar yang berwarna hijau akan bertambah banyak. Keterangan waktu yang digunakan hampir mirip dengan HSIMP, namun Kaspersky menambahkan analogi aktifitas apa saja yang bisa anda lakukan dalam rentang waktu tersebut dan beberapa peringatan tentang password yang dimasukkan.


Password Meter (PM)

The last but not least. PM menguji tingkat keamanan password menggunakan analisa setiap input karakter. Informasi ini sangat berguna karena dapat memberi tahu user apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan keamanan password tersebut. Apakah dengan menambah jumlah karakter, menambah kombinasi huruf besar/ kecil, angka maupun simbol.

Dengan menggunakan online tools seperti di atas, maka ada baiknya kita periksa password lakukan cek dan ricek sebelum menentukan password akun dunia maya kita. Selamat mencoba! 


(Inne R.A.)

Jumat, 19 Agustus 2016

Masyarakat Harus Kritis Hadapi Informasi Di Medsos


Seiring berkembang teknologi informasi, jejaring media sosial memiliki pengaruh yang tidak kalah kuat dengan media-media konvensional, seperti koran, radio, maupun televisi. Hal ini tidak lepas karena hampir sebagian besar masyarakat saat ini memiliki akun media sosial. Bahkan, media sosial sudah menjadi kebutuhan di era digital seperti sekarang ini.
Sayangnya, pesatnya perkembangan media sosial tidak dibarengi dengan keakuratan informasi-informasi yang disampaikan. Banyak informasi yang ter-publish di media sosial tidak mengandung kebenaran alias hoax. Parahnya lagi, masyarakat yang mendengar atau membaca informasi tersebut mudah sekali percaya, tanpa terlebih dahulu melakukan cek dan ricek. Belum lagi, masyarakat yang percaya dengan berita hoax tadi menyebarkan ke akun media sosialnya yang secara otomatis orang lain akan ikut mendapat informasi palsu tersebut.
Adanya berita palsu atau hoax tidak lepas karena peran yang dihadirkan media sosial. Hal inilah yang membuat beberapa pihak tertentu justru memanfaatkan media sosial untuk tujuan yang negatif. Dalam hal ini, secara tidak langsung media sosial juga berperan sebagai wadah untuk menyebarkan propaganda atau informasi provokatif.
Lantas bagaimana cara masyarakat mengatasi informasi-informasi yang ada di media sosial, terlebih informasi tersebut belum diketahui kebenarannya. Hal inilah yang mendorong Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) meminta masyarakat bersikap kritis terhadap setiap informasi yang menyebar cepat di media sosial karena tidak seluruhnya kredibel sebagai acuan informasi.
Melalui kegiatan Editors Meeting bertajuk "Untuk Publik Demi Republik" di Yogyakarta, Kominfo juga meminta kepada masyarakat untuk memeriksa kembali kebenaran informasi yang diterima, jangan langsung percaya dengan informasi yang menyebar di media sosial.
Kominfo menyadari bahwa masyarakat masih perlu mendapatkan literasi media secara optimal agar mampu menyaring berbagai informasi yang menyebar bebas di media sosial. Kominfo juga mengakui hingga saat ini memang belum ada regulasi yang lebih spesifik mengatur persebaran informasi yang tidak sahih di media sosial, kecuali bersandar pada Undang-Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
(Fahrudin Mualim)
Dikutip dari antaranews.com dengan berbagai perubahan.

Rabu, 10 Agustus 2016

4 Aplikasi "Penjaga Anak" Di Dunia Maya


Setiap orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik bagi buah hatinya, termasuk dengan memberikan permainan yang menyenangkan. Melalui sesuatu yang disenangi, para orang tua berharap mereka akan mendapatkan pelajaran dari kegiatan tersebut. Apalagi perkembangan teknologi yang semakin canggih turut memudahkan para orang tua sering mengambil “jalan pintas” untuk membuat anaknya senang. Hal tersebut dapat dilihat ketika anak rewel, orang tua bisa meminjamkan mereka gawai berupa gadget yang biasa dipakai sehari-hari. Bahkan, tidak sedikit orang tua yang sudah membelikan gadget khusus untuk mereka. Hal ini cukup beralasan, sebab saat ini kita sedang berada di era digital, di mana gadget merupakan suatu kebutuhan. 

Banyaknya para orang tua yang sudah mengenalkan gadget kepada anak-anaknya memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pertumbuhan anak. Sayangnya, hal ini yang nampaknya kurang disadari oleh para orang tua. Ketika anaknya asik bermain gadget, orang tua juga sibuk dengan urusannya sendiri. Alhasil, anak tersebut bermain gadget tanpa pengawasan orang tua.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh AAP (American Academy of Pediatric), asosiasi dokter anak AS pada tahun 2013 menyebutkan dampak negatif gadget terhadap anak, di antaranya anak menjadi impulsif, perkembangan motorik lambat, obesitas, dan insomnia. Para orang tua tentu tidak ingin anaknya mengalami hal-hal tersebut. Namun, melarang anak menggunakan gadget juga bukan menjadi solusi yang tepat. Lantas bagaimana solusi yang harus dilakukan ketika orang tua terlanjur memberikan akses layar ajaib tersebut. AAP merekomendasikan beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua.

1.      Membatasi penggunaan gadget selama 1-2 jam saja dalam sehari

2.      Anak usia kurang dari dua tahun tidak disarankan untuk diberikan akses gadget

3.      Letakkan gadget di luar kamar anak. Boleh diletakkan di ruang keluarga dan usahakan agar layar PC atau laptop menghadap ruang publik yang bisa dilihat oleh orang rumah

4.      Awasi anak ketika sedang menggunakan gadget. Bagi anak yang lebih besar, ajak bicara tentang apa situs dan sosial media yang mereka gunakan

5.      Temani anak ketika mereka sedang bermain gadget atau game. Kalau bisa manfaatkan momen ini untuk menanamkan nilai-nilai dalam keluarga

6.      Tetapkan peraturan yang disepakati bersama tentang penggunaan gadget. Ajak anak-anak untuk membuat kesepakatan kapan waktu yang diperbolehkan untuk mengakses gadget dan tidak. Kesepakatan ini juga berlaku untuk semua anggota keluarga. 

Pada pelaksanaannya,  tentulah rekomendasi  tersebut tidak dapat serta-merta diterapkan. Belum lagi orang tua harus berhadapan dengan perilaku anak-anak yang secara emosi masih labil. Beruntung, sudah ada beberapa hal teknis yang bisa dilakukan orang tua, salah satunya dengan aplikasi parental control, yakni program yang dibuat khusus untuk melindungi akses anak terhadap gadget. Melalui parental control, orang tua juga bisa memantau seluruh aktivitas yang dilakukan oleh anak tanpa harus memperhatikannya terus secara fisik. Adapun beberapa parental control yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.

1.      Kakatu


Aplikasi ini dapat digunakan pada perangkat ponsel maupun tablet berbasis android. Melalui aplikasi Kakatu ini, orang tua dapat memblokir aplikasi negatif yang bisa diakses anak-anak, mengatur waktu penggunaan gadget, mode parent dan child, artikel parenting, serta history atau riwayat penggunaan gadget, sehingga orang tua dapat mengetahui apa saja yang telah dilakukan anak dari gadget yang dia gunakan.

2.      Norton Family


Aplikasi ini dapat digunakan pada perangkat ponsel dan tablet android, windows mobile, dan Aplle iOS. Aplikasi ini memiliki fitur berupa web supervision, time supervision, access Request, Activity History, Monthly/ Weekly Reports, dan Web Portal. Fitur-fitur yang ada di Norton Family ini berbeda sesuai dengan sistem operasi perangkat yang digunakan.

3.      Qustodio


Aplikasi ini dapat dipasang di perangkat ponsel, tablet, maupun PC berbasis windows, Mac, android, dan kindle. Adapun fitur yang ditawarkan adalah social network activity viewing, time usage management, games and apps management, SMS and calls tracking, location tracking, serta panic button.



4.      K9 Web Protection
Aplikasi ini dapat dipasang di perangkat ponsel, tablet, dan PC berbasis windows, MacOS, Apple iOS, dan android. Aplikasi ini memiliki fitur website blocking, safe search, time restrictions, ccustom list, easy report, anti-tampering security, real-time sites categorization, dan cross platforms.

Itulah empat aplikasi yang dapat orang tua gunakan untuk lebih mengamankan dan memantau aktivitas buah hati anda saat bermain gadged. Selamat mencoba! 

(Inne R.A/ed: Fahrudin)

Referensi: www.ictwatch.id

Kamis, 24 Maret 2016

ASI Ekslusif vs Akses Pornografi

Baru-baru ini masyarakat Indonesia dihebohan dengan pernyataan Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek yang mengatakan bahwa pemberian ASI (air susu ibu) eksklusif pada anak berkaitan dengan perkembangan mentalnya. Lebih lanjut, dalam pernyataannya, Menkes Nila F. Moeloek merasa prihatin melihat berbagai pemberitaan terkait remaja yang bertindak anarkis bahkan sudah mengakses pornografi. Hal tersebut menurutnya berkaitan dengan mental mereka (remaja) yang seharusnya bisa dibentuk dengan baik sejak kecil, salah satunya melalui pemberian ASI eksklusif.

Terlepas dari pernyataan Menkes Nila F. Moeloek, kekhawatiran maraknya akses pornografi cukup berasalan. Data yang dirilis sebuah situs porno terbesar di Amerika Serikat pada 2014 menunjukkan adanya peningkatan akses konten dewasa oleh pengguna internet asal Indonesia. Peringkat tersebut menempatkan Indonesia berada di urutan kedua setelah Turki sebagai penyumbang lonjakan trafik pengunjung situs porno terbesar di dunia.

Di sisi lain, berdasarkan data yang dirilis detikhealth.com mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki catatan buruk tentang laktasi. Laporan World Breastfeeding Trends Initiative (WBTi) pada 2012 menempatkan Indonesia di peringkat 48 dari 51 negara yang mendukung pemberian ASI eksklusif. Saat itu, baru 27,5 persen ibu di Indonesia yang memberikan ASI eksklusif.

Apakah hanya sebuah kebetulan jika akses konten dewasa di Indonesia meningkat sementara skor laktasinya masih rendah, seperti yang dikatakan Menkes Nila F. Moeloek. Namun, terlepas dari itu semua, rasanya wajar jika Menkes Nila F. Moeloek merasa prihatin dengan yang terjadi pada remaja Indonesia. Terlebih, di dunia digital yang semakin canggih, di mana gadged bukan lagi barang mewah, semakin memudahkan remaja untuk mengunjungi konten-konten negatif seperti pornografi.

Menanggapi masalah tersebut, sebetulnya berbagai upaya terus dilakukan bukan hanya pemerintah, melainkan masyarakat sekitar. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Komunitas Internet Sahabat Anak (KISA) yang ada di Kota Depok. Saat ini, komunitas yang bergerak di bidang literasi media digital ini gencar mengampanyekan internet sehat. Adanya komunitas ini juga mendukung upaya Pemerintah Kota Depok yang memiliki program sebagai Smart City. Bahkan baru-baru ini, komunitas yang dimotori oleh Rita Nurlita Setia ini telah mengadakan workshop “Parental Control dan Tips Memblokir Konten Negatif” dengan mengundang pembicara dari Ketua Relawan TIK Nasional, Indriyatno Banyumurti, yang diadakan pada Sabtu (19/3/2016) lalu di Perpustakaan Kota Depok.


Penulis: Fahrudin Mualim

Minggu, 20 Maret 2016

Smart City dan Tantangan Bagi Depok

Ketua Relawan TIK Nasional, Indriyatno Banyumurti, saat mengisi Workshop Parental Control yang diadakan Komunitas Internet Sahabat Anak (KISA), Sabtu (19/3/2016). Pada kesempatan tersebut, dia juga membicarakan tentang Smart City.
Perkembangan teknologi memberikan kemudahan informasi untuk berbagai kalangan termasuk pemerintah. Melalui perkembangan teknologi, pemerintah bisa memanfaatkannya untuk menciptakan keamanan, ketertiban, serta kehidupan yang lebih baik. Inilah yang mendorong kota-kota, khususnya di Indonesia membuat program Smart City, salah satunya Kota Depok. Program Smart City memang menjadi salah satu program unggulan yang dicanangkan pemerintah Kota Depok.

Belum terpenuhinya seluruh kebutuhan informasi publik yang lebih cepat, tepat, dan akurat, serta untuk memudahkan dan meningkatkan jaringan komunikasi antar elemen, terutama pemerintah dengan masyarakat, membuat Pemkot Depok terus berupaya meningkatkan program Smart City, salah satunya dengan mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Komunikasi dan Informatika. Adanya Perda ini, juga mendorong pemerintah untuk menciptakan Warnet Sehat, yang salah satu peraturannya membatasi jam buka Warnet, yaitu pukul 08.00 hingga 23.00.

Ditemui saat mengisi Workshop “Parental Control dan Tips Memblokir Konten Negatif” yang diadakan Komunitas Internet Sahabat Anak (KISA), Ketua Relawan TIK Nasional, Indriyatno Banyumurti mengungkapkan bahwa berbicara Smart City tidak hanya mengenai infrastruktur, tetapi juga terkait SDM dan kesiapan masyarakat mengenai teknologi digital. Salah satu yang harus dibangun adalah bagaimana kompetensi kapasitas dalam penggunaan internet bisa ter-upgrade. Banyumurti mengatakan, adanya pembatasan penggunaan internet, karena orang tidak mengetahui manfaat yang ada di internet, contohnya pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

“Sekarang era marketing online, apakah ada upaya UKM konvensional dengan para marketing online untuk saling bekersama, itulah yang menjadi salah satu PR besar bagi Depok,” kata Banyumurti.

Lebih lanjut, menurut lelaki yang juga hobi kuliner ini, cita-cita Depok dalam program Smart City tidak akan berjalan optimal jika kapasitas building dari para masyarakat di berbagai sektor tidak dikembangkan juga. Artinya, tantangan Smart City tidak hanya masalah teknis, seperti pemblokiran atau pembatasan. Hal itu 'mungkin' perlu dilakukan, tetapi yang utama adalah pengembangan SDM.

(Fahrudin Mualim)

Komunitas Internet Sahabat Anak Gelar Workshop Parental Control

Ketua Relawan TIK Nasional, Indriyatno Banyumurti saat mengisi Workshop “Parental Control dan Tips Memblokir Konten Negatif” yang diadakan Komunitas Internet Sahabat Anak (KISA), Sabtu (19/3/2016)
Upaya mengampanyekan internet sehat terus digalakkan Komunitas Internet Sahabat Anak (KISA). Bertempat di Perpustakaan Umum Kota Depok, komunitas yang bergerak di bidang literasi media digital ini mengadakan workshopParental Control dan Tips Memblokir Konten Negatif”, Sabtu (19/3/2016).

Founder Komunitas Internet Sahabat Anak, Rita Nurlita Setia mengungkapkan, kegiatan workshop ini bertujuan agar orang tua memiliki skill untuk memblokir konten negatif, sehingga mereka lebih tenang ketika anaknya bermain gadget. Lebih lanjut, dirinya mengungkapkan bahwa para orang tua tidak perlu takut bahkan melarang anaknya ketika bermain gadget, tetapi justru memanfaatkan intenet dengan parental control.

"melalui workshop ini kami ingin agar para orang tua dapat mempraktikannya di rumah, sehingga anak-anak mereka dapat berinternet dengan baik," ujar Rita Nurlita.

Pada workshop ini, KISA menghadirkan Ketua Relawan TIK Nasional, Indriyatno Banyumurti. Dalam paparannya, dia mengungkapkan ada lima ancaman yang dihadirkan internet, yakni kurangnya aktivitas fisik, kecanduan internet, cyberbully, privasi, dan pedofil online.

"dari kelima ini, yang paling sering dilupakan orang tua adalah privasi dan pedofil online", kata Banyumurti.

Dirinya mencontohkan, banyak anak-anak yang secara sengaja menampilkan data diri lengkap, seperti nomor telepon. Padahal, dengan menampilkan nomor telepon, justru membuat orang-orang yang tidak bertanggungjawab memanfaatkannya untuk sesuatu yang negatif. Kemudian, dia juga mengajak kepada peserta untuk memilah hal-hal yang perlu dibagikan di media sosial ‘saring sebelum sharing’.

Banyumurti yang juga gemar kuliner ini mengungkapkan, adanya internet bukan sesuatu yang harus dihindari. Sebab, tidak semua internet menimbulkan dampak negatif, justru banyak hal yang bisa dimanfaatkan dengan adanya internet. Selain bahaya internet terhadap anak, dia juga memberikan beberapa tips mengenai cara memblokir konten negatif, mulai dari memperkenalkan aplikasi digital parenting hingga praktik secara langsung.

Para peserta terlihat antusias mengikuti workshop ini. Hal tersebut dapat dilihat dengan hadirnya bukan hanya para ibu, melainkan juga ayah dan remaja. Bahkan, salah seorang peserta berharap agar kegiatan workshop tersebut tidak hanya berhenti sampai di sini.


(Fahrudin Mualim)